Jumat, 19 Oktober 2012

Krisis BBM Mengancam

Share
KRISIS BBM- Antrean panjang kendaraan yang akan mengisi solar terlihat di SPBU Batam Centre depan kantor PDI Perjuangan, Senin (14/5). Kota Batam terancam krisis BBM karena pasokan dari pusat dikurangi. CECEP/HALUAN KEPRIBATAM CENTRE- Krisis bahan bakar minyak (BBM) kembali mengancam Kota Batam. Sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kota ini mengalami kesulitan pasokan BBM khususnya jenis premium dan solar sejak sepekan terakhir.
Oleh: Amir Yunus dan Armat Juang, Liputan Batam

"Sudah seminggu ini, pasokan solar dan premium sering terlambat. Sekarang, (premium dan solar) lebih sering kosong, walaupun tidak setiap hari," kata petugas SPBU Kapital Raya, Suryo, Senin (14/5).

Kondisi serupa terjadi di SPBU arah Bandara Hang Nadim Batam dan SPBU di kawasan Batuaji, Sagulung dan Bengkong. Di depan SPBU-SPBU tersebut kerap terpampang tulisan "Maaf Premium Habis" atau "Maaf Solar Habis".

Akibatnya, tidak sedikit pemilik kendaraan yang mengisi tangki kendaraan mereka dengan BBM jenis pertamax.

"Dari pagi premium habis. Informasinya sudah diminta tapi hingga kini belum juga datang permintaan," ujar salah seorang karyawan SPBU di Batuaji Paradise.

Di SPBU Bengkong, sejumlah mobil yang hendak mengisi solar terpaksa berputar arah karena di SPBU tersebut solar sedang kosong.

Tak Seharusnya Langka

Menurut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan ESDM Kota Batam, Ahmad Hijazi, kelangkaan BBM khususnya solar tidak seharusnya terjadi. Dia meminta Pertamina melakukan pengecekan pasokan solar ke daerah ini.

"Sekarang yang perlu dicek di bulan Mei ada atau tidak pengurangan pasokan yang diberikan. Kalau tidak ada, seharusnya tidak ada kelangkaan," kata Hijazi saat ditemui di Kantor BP Batam.

Dia berharap Pertamina dapat mengklarifikasi persoalan ini. Kepada pemilik SPBU, Hijazi meminta bersikap tegas terhadap pihak-pihak yang memaksa membeli BBM di luar kapasitas normal tangki kendaraan atau yang seharusnya di beli.

"Untuk pihak-pihak yang memaksa, pihak SPBU harus berani menolak dengan tegas dan semua pihak terkait bersama-sama mengawasi ini," katanya.

Kata Hijazi, sampai saat ini tidak ada ketentuan pembatasan BBM yang dibuat pemerintah. Karena itu, dia menilai kelangkaan yang terjadi lebih dikarenakan adanya pihak yang berusaha manfaatkan momentum tertentu. Faktor lain yang perlu diantisipasi misalnya pemadaman listrik yang belakangan ini terjadi di Batam dengan rentang waktu cukup panjang.

"Ini harus dijaga. Jangan sampai pemadaman listrik jadi celah bagi orang untuk membeli BBM secara berlebih. Dengan alasan pembelian untuk keperluan genset mereka," katanya.

Dalih Pertamina
Sementara itu, pihak Pertamina kembali berdalih bahwa kosongnya BBM di Batam lebih disebabkan karena meningkatnya konsumsi BBM oleh masyarakat Batam.

"Akhir-akhir ini ada lonjakan permintaan dari masyarakat, terutama solar dan premium," ujar Manajer Penjualan PT Pertamina area Kepri, I Ketut Permadi ditemui di kantornya.

Namun, Ketut tidak bisa merinci secara pasti berapa besaran permintaan yang diminta oleh pengusaha SPBU di Kota Batam beberapa pekan terakhir. Menurutnya, Pertamina tetap melakukan pengiriman BBM ke SPBU sebagaimana bulan-bulan sebelumnya.

"Biasanya sekali kirim cukup untuk tiga hari, tapi sekarang sehari saja sudah habis dan meminta mereka meminta tambahan pasokan," ungkapnya.

Meski terjadi kekurangan BBM premium dan solar di sejumlah SPBU, namun I Ketut menegaskan bahwa Pertamina tidak ada tambahan pasokan. Pengiriman akan tetap disesuaikan dengan kebutuhan sebagaimana pasokan bulan-bulan sebelumnya.

"Tidak ada tambahan penyaluran, penyaluran masih sama seperti bulan-bulan sebelumnya," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, I Ketut Permadi mengatakan, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH-Migas) telah menetapkan kuota subsidi Kota Batam untuk premium 135.352 kilo liter dan solar 74.843 kiloliter. Kuota tersebut, berkurang sekitar 30 persen dibandingkan dengan kuota pada 2011 yang premium saja mencapai 186.571 kiloliter, sedangkan kuota solar pada saat itu 70.914 kiloliter.

Menanggapi itu, Ahmad Hijazi mengatakan kuota tersebut tidak akan mencukupi kebutuhan masyarakat yang terus bertambah saat ini.

"Tahun lalu saja tidak cukup, apalagi tahun ini yang kuotanya dikurangi 30 persen, sementara jumlah kendaraan terus bertambah," kata dia. (ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar